Syair ini dilantunkan oleh Cak Nun, kurang lebih seperti ini dari batu pecah menjadi kerikil, kerikil-kerikil pecah menjadi pasir, pasir pecah menjadi debu.. debu berterbangan di mana saja.. menyesuaikan diri dengan tampatnya..
Alhamdulillah mendapat kesempatan dengen seseorang yang menyebut dirinya sebagai pemulung. Pemulung yang satu ini penampakannya rada aneh dari pemulung-pemulung umum. ia berambut kriting meski kriting tapi ia rawat dengan minyak kemiri dan sesekali pakai vitamin rambut atas kebawelan istrinya, dengan perut buncit, wajahnya bersih karena ia rawat dengan cream, memakai kalung dengan bandul cakar macan, cakar beruang, taring harimau benggala peninggalan leluhurnya, dan gelang akar bahar peninggalan leluhur dayaknya yang belum lama ini ia baru merasa pantas memakainya.
pertemuan pertama kami dimulai di jalan Hayam Wuruk di suatu tempat makan tak jauh dari stasiun lempunyangan. saat itu ia sedang menyantap makanan bersama kedua temannya yang baru turun dari kreta. tepatnya tanggal 17 Maret 2015. Mereka berencana mendatangi acara Maiyah Cak Nun. Aku tak berlama bertemu mereka, pamit undur diri karna masih ada keperluan. malam harinya aku ditemani seorang dari grup fb aneh menuju acara Maiyah. sempat nyasar tapi akhirnya sampai juga. kami sempat menyimak acara tersebut lalu menyngkir ke mushola untuk mengobrol santai. lalu aku diminta pulang untuk istirahat oleh si pemulung agar besok bisa melanjutkan perjalanan bersama mereka. kami berjanjian untuk bertemu disekitar kraton yogyakarta.
Paginya aku menuju kraton yogyakarta. Mereka bertiga telah menungguku di pelataran menuju gerbang kraton bagian samping. mereka sedang lesehan tanpa alas sambil menikmati jajan ala angkringan. ternyata mereka dari kasihan bantul jalan kaki. kami menuju kraton untuk menikmati sesuguhan kraton. sayang hari itu 18 Maret 2015 hiburannya adalah wayang golek dan aku tidak terlalu antusias.
banyak sekali pembicaraan yang aku rekam dalam memoriku. sangat berharga.. dan entah mengapa jiwaku menjadi lebih segar.. terimaksih pemulung
Alhamdulillah mendapat kesempatan dengen seseorang yang menyebut dirinya sebagai pemulung. Pemulung yang satu ini penampakannya rada aneh dari pemulung-pemulung umum. ia berambut kriting meski kriting tapi ia rawat dengan minyak kemiri dan sesekali pakai vitamin rambut atas kebawelan istrinya, dengan perut buncit, wajahnya bersih karena ia rawat dengan cream, memakai kalung dengan bandul cakar macan, cakar beruang, taring harimau benggala peninggalan leluhurnya, dan gelang akar bahar peninggalan leluhur dayaknya yang belum lama ini ia baru merasa pantas memakainya.
pertemuan pertama kami dimulai di jalan Hayam Wuruk di suatu tempat makan tak jauh dari stasiun lempunyangan. saat itu ia sedang menyantap makanan bersama kedua temannya yang baru turun dari kreta. tepatnya tanggal 17 Maret 2015. Mereka berencana mendatangi acara Maiyah Cak Nun. Aku tak berlama bertemu mereka, pamit undur diri karna masih ada keperluan. malam harinya aku ditemani seorang dari grup fb aneh menuju acara Maiyah. sempat nyasar tapi akhirnya sampai juga. kami sempat menyimak acara tersebut lalu menyngkir ke mushola untuk mengobrol santai. lalu aku diminta pulang untuk istirahat oleh si pemulung agar besok bisa melanjutkan perjalanan bersama mereka. kami berjanjian untuk bertemu disekitar kraton yogyakarta.
Paginya aku menuju kraton yogyakarta. Mereka bertiga telah menungguku di pelataran menuju gerbang kraton bagian samping. mereka sedang lesehan tanpa alas sambil menikmati jajan ala angkringan. ternyata mereka dari kasihan bantul jalan kaki. kami menuju kraton untuk menikmati sesuguhan kraton. sayang hari itu 18 Maret 2015 hiburannya adalah wayang golek dan aku tidak terlalu antusias.
banyak sekali pembicaraan yang aku rekam dalam memoriku. sangat berharga.. dan entah mengapa jiwaku menjadi lebih segar.. terimaksih pemulung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar