Hidup itu bukan untuk tau sampai mana derajat kita di hadapan Allah SWT, tapi hidup bagaimana menjadi yang terbaik bagi Allah dan sesama manusia. Karena di dunia ini kita punya kewajiban hablum minallah dan hablum minannas. Ada berbagai rumus kehidupan yang sebenarnya wajib diketahui manusia dalam bergaul di dunia ini. Saya adalah salah seorang dari banyak orang yang belum mengerti sepenuhnya rumus kehidupan tersebut. Tetapi wajib hukumnya untuk belajar, maka saya pun belajar tentang rumus kehidupan di kampus-kampus kehidupan yang saya tekuni sehari-hari entah dimana saja saya berada (insyaAllah).
Dulu saya pernah diajak teman untuk melihat maqam dalam diri, kurang lebih dengan berdzikir kepada Allah setiap hembusan nafas dan ada dzikir yang khusus dilakukan tengah malam. Dalam dzikir tersebut saya melalui perjalanan di lorong yang gelap menuju ke atas, di pertengahan jalan saya menemui sosok seorang perempuan kurus dan hitam berhidung mancung yang sedang tertidur di ranjang. Saya masih ingat perempuan itu mengenakan gelang emas di tangan kanannya.
Katanya si hal yang saya alami adalah maqam dalam diri saya, tapi entahlah karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Sebagian orang membanggakan jika maqamnya naik, tetapi menurut saya maqam adalah hal yang tidak dibanggakan berlebihan.
Saya semakin bertanya-tanya dalam diri, jika diri ini jadi lebih baik maka bagaimana menyesuaikan dengan orang-orang yang tidak mengerti tentang rumus kehidupan? Aku memikirkan setiap hari, lalu aku harus bagaimana? Apa yang seharusnya ku lakukan? Memang aku masih labil.
Beberapa hari yang lalu dalam kehidupanku aku ditunjukan secerca jawaban yang saya mau, lewat beberapa hal yang harus saya lalui, kadang menyedihkan memang tapi tetap harus ikhlas melaluinya dan aku diingatkan oleh salah satu rekanku dari jawatimur bernama Yhusi. Dia mengatakan kurang lebih bahwa saya tidak perduli akan tingkatan saya di hadapan Allah, yang terpenting adalah bagaimana bergaul dengan sesama manusia yang lainnya. Lalu saya menanyakan lagi, bagaimana caranya? Mas Yhusi lalu menjawab dengan simpel tetapi selalu terngiang dalam jiwa ini, jawabannya adalah perlakukanlah sesamamu sebagaimana kamu ingin diperlakukan.
Saya lalu teringat tentang rumus kehidupan yang lain,, yaitu berdasarkan sabda Rasul pada para umatnya "Apa yang kamu lakukan adalah untukmu sendiri".
Semoga kisah yang sedikit ini bisa menjadi renungan bagiku dan bagimu.. InsyaAllah
Dulu saya pernah diajak teman untuk melihat maqam dalam diri, kurang lebih dengan berdzikir kepada Allah setiap hembusan nafas dan ada dzikir yang khusus dilakukan tengah malam. Dalam dzikir tersebut saya melalui perjalanan di lorong yang gelap menuju ke atas, di pertengahan jalan saya menemui sosok seorang perempuan kurus dan hitam berhidung mancung yang sedang tertidur di ranjang. Saya masih ingat perempuan itu mengenakan gelang emas di tangan kanannya.
Katanya si hal yang saya alami adalah maqam dalam diri saya, tapi entahlah karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Sebagian orang membanggakan jika maqamnya naik, tetapi menurut saya maqam adalah hal yang tidak dibanggakan berlebihan.
Saya semakin bertanya-tanya dalam diri, jika diri ini jadi lebih baik maka bagaimana menyesuaikan dengan orang-orang yang tidak mengerti tentang rumus kehidupan? Aku memikirkan setiap hari, lalu aku harus bagaimana? Apa yang seharusnya ku lakukan? Memang aku masih labil.
Beberapa hari yang lalu dalam kehidupanku aku ditunjukan secerca jawaban yang saya mau, lewat beberapa hal yang harus saya lalui, kadang menyedihkan memang tapi tetap harus ikhlas melaluinya dan aku diingatkan oleh salah satu rekanku dari jawatimur bernama Yhusi. Dia mengatakan kurang lebih bahwa saya tidak perduli akan tingkatan saya di hadapan Allah, yang terpenting adalah bagaimana bergaul dengan sesama manusia yang lainnya. Lalu saya menanyakan lagi, bagaimana caranya? Mas Yhusi lalu menjawab dengan simpel tetapi selalu terngiang dalam jiwa ini, jawabannya adalah perlakukanlah sesamamu sebagaimana kamu ingin diperlakukan.
Saya lalu teringat tentang rumus kehidupan yang lain,, yaitu berdasarkan sabda Rasul pada para umatnya "Apa yang kamu lakukan adalah untukmu sendiri".
Semoga kisah yang sedikit ini bisa menjadi renungan bagiku dan bagimu.. InsyaAllah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar